TUGAS!!
- Psikologi pendidikan penting untuk dipahami dan diterapkan oleh guru saat memfasilitasi proses pembelajaran karena dalam psikologi kita belajar tentang sikap atau perbuatan, tingkah laku manusia (behaviour) dengan lingkungannya. Psikologi pendidikan berguna sekali untuk guru, contohnya dalam hal seorang guru untuk memprofil anak didiknya. Jika saja seorang guru tidak dapat memprofil anak didiknya maka jangan harap akan tercipta keadaan belajar mengajar yang harmonis. Jadi seorang guru memang harus benar-benar memahami tingkah laku anak didiknya. Jika sesorang guru yang telah berhasil memahami anak didiknya dapat membantu perkembangan bahkan dapat memberikan arahan kepada anak didiknya.
- Proses belajar psikologi yang berpengaruh pada proses belajar:
seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan
Pengamatan merupakan alat yang bertugas melakukan penerimaan rangsang dari luar dirinya
yang selanjutnya rangsang-rangsang (stimuli) tersebut diolah oleh fungsi-fungsi jiwa lainnya
(pengolah rangsang, ingatan, pikiran, perasaan, kemauan dll)
Menurut pandangan psikologi abad 20 ini, fantasi diartikan
sebagai gambaran angan-angan yang timbulnya bukan karena saling berhubungan
bagian-bagian daripada bayang-bayang yang telah ada, melainkan karena aktivitas psikis kita
yang mempunyai kemampuan untuk mencipta.
jadi jelasnya fantasi itu adalah menciptakan sesuatu yang baru dalam alam pikiran.
Ingatan adalah suatu kemampuan rohaniyah manusia untuk menerima, menyimpan dan menimbulkan
kembali segala-segala lukisan kejiwaannya.
menurut William Stern berpendapat bahwa ingatan adalah suatu kemampuan menghubung-hubungkan pengalaman
yang telah lampau dengan pengalaman sekarang. jadi pengalaman lampau yang telah melekat didalam jiwa seseorang
direproduksi dalam masa sekarang
3. TEORI PENDIDIKAN
A. JOHN DEWEY
Pemikiran John Dewey Tentang Pendidikan
- Pengalaman dan Pertumbuhan
Pemikiran John Dewey banyak dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin (1809-1882) yang mengajarkan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu proses, dimulai dari tingkatan terendah dan berkembang maju dan meningkat. Hidup tidak statis, melainkan bersifat dinamis. All is in the making, semuanya dalam perkembangan. Pandangan Dewey mencerminkan teori evolusi dan kepercayaannya pada kapasitas manusia dalam kemajuan moral dan lingkungan masyarakat, khusunya malalui pendidikan.
Menurut Dewey, dunia ini penciptaannya belum selesai. Segala sesuatu berubah, tumbuh, berkembang, tidak ada batas, tidak statis, dan tidak ada finalnya. Bahkan, hukum moral pun berubah, berkembang menjadi sempurna. Tidak ada batasan hukum moral dan tidak ada prinsip-prinsip abadi, baik tingkah laku maupun pengetahuan.
Pengalaman (experience) adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Pengalaman merupakan keseluruhan aktivitas manusia yang mencakup segala proses yang saling mempengaruhi antara organisme yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik. Filsafat instrumentalisme Dewey dibangun berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan bergerak kembali menuju pengalaman. Untuk menyusun kembali pengalaman-pengalaman tersebut diperlukan pendidikan yang merupakan transformasi yang terawasi dari keadaan tidak menentu ke arah keadaan tertentu. Pandangan Dewey mengenai pendidikan tumbuh bersamaan dengan kerjanya di laboratorium sekolah untuk anak-anak di
Sebagai tokoh pragmatisme, Dewey memberikan kebenaran berdasarkan manfaatnya dalam kehidupan praktis, baik secara individual maupun kolektif. Oleh karenanya, ia berpendapat bahwa tugas filsafat memberikan garis-garis arahan bagi perbuatan. Filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran metafisik yang sama sekali tidak berfaedah. Filsafat harus berpijak pada pengalaman dan menyelidiki serta mengolah pengalaman tersebut secara aktif dan kritis. Dengan cara demikian, filsafat menurut Dewey dapat menyusun norma-norma dan nilai-nilai.
- Tujuan Pendidikan
Dalam menghadapi industrialisasi Eropa dan Amerika, Dewey berpendirian bahwa sistem pendidikan sekolah harus diubah. Sains, menurutnya, tidak mesti diperoleh dari buku-buku, melainkan harus diberikan kepada siswa melalui praktek dan tugas-tugas yang berguna. Belajar harus lebih banyak difokuskan melalui tindakan dari pada melalui buku. Dewey percaya terhadap adanya pembagian yang tepat antara teori dan praktek. Hal ini membuat Dewey demikian lekat dengan atribut learning by doing. Yang dimaksud di sini bukan berarti ia menyeru anti intelektual, tetapi untuk mengambil kelebihan fakta bahwa manusia harus aktif, penuh minat dan siap mengadakan eksplorasi.
Dalam masyarakat industri, sekolah harus merupakan miniatur lokakarya dan miniatur komunitas. Belajar haruslah dititiktekankan pada praktek dan trial and error. Akhirnya, pendidikan harus disusun kembali bukan hanya sebagai persiapan menuju kedewasaan, tetapi pendidikan sebagai kelanjutan pertumbuhan pikiran dan kelanjutan penerang hidup. Sekolah hanya dapat memberikan kita alat pertumbuhan mental, sedangkan pendidikan yang sebenarnya adalah saat kita telah meninggalkan bangku sekolah, dan tidak ada alasan mengapa pendidikan harus berhenti sebelum kematian menjemput.
Tujuan pendidikan adalah efisiensi sosial dengan cara memberikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan demi pemenuhan kepentingan dan kesejahteraan bersama secara bebas dan maksimal. Tata susunan masyarakat yang dapat menampung individu yang memiliki efisiensi di atas adalah sistem demokrasi yang didasarkan atas kebebasan, asas saling menghormati kepentingan bersama, dan asas ini merupakan sarana kontrol sosial. Mengenai konsep demokrasi dalam pendidikan, Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar siswa harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Siswa harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula, guru harus menciptakan suasana agar siswa senantiasa merasa haus akan pengetahuan.
Karena pendidikan merupakan proses masyarakat dan banyak terdapat macam masyarakat, maka suatu kriteria untuk kritik dan pembangunan pendidikan mengandung cita-cita utama dan istimewa. Masyarakat yang demikian harus memiliki semacam pendidikan yang memberikan interes perorangan kepada individu dalam hubungan kemasyarakatan dan mempunyai pemikiran yang menjamin perubahan-perubahan sosial.
Dasar demokrasi adalah kepercayaan dalam kapasitasnya sebagai manusia. Yakni, kepercayaan dalam kecerdasan manusia dan dalam kekuatan kelompok serta pengalaman bekerja sama. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa semua dapat menumbuhkan dan membangkitkan kemajuan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dibutuhkan dalam kegiatan bersama.
Ide kebebasan dalam demokrasi bukan berarti hak bagi individu untuk berbuat sekehendak hatinya. Dasar demokrasi adalah kebebasan pilihan dalam perbuatan (serta pengalaman) yang sangat penting untuk menghasilkan kemerdekaan inteligent. Bentuk-bentuk kebebasan adalah kebebasan dalam berkepercayaan, mengekspresikan pendapat, dan lain-lain. Kebebasan tersebut harus dijamin, sebab tanpa kebebasan setiap individu tidak dapat berkembang.
Filsafat tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, karena filsafat pendidikan merupakan rumusan secara jelas dan tegas membahas problema kehidupan mental dan moral dalam kaitannya dengan menghadapi tantangan dan kesulitan yang timbul dalam realitas sosial dewasa ini. Problema tersebut jelas memerlukan pemecahan sebagai solusinya. Pikiran dapat dipandang sebagai instrumen yang dapat menyelesaikan problema dan kesulitan tersebut.
Di dalam filsafat John Dewey disebutkan adanya experimental continum atau rangkaian kesatuan pengalaman, yaitu proses pendidikan yang semula dari pengalaman menuju ide tentang kebiasaan (habit) dan diri (self) kepada hubungan antara pengetahuan dan kesadaran, dan kembali lagi ke pendidikan sebagai proses sosial. Kesatuan rangkaian pengalaman tersebut memiliki dua aspek penting untuk pendidikan, yaitu hubungan kelanjutan individu dan masyarakat serta hubungan kelanjutan pikiran dan benda.
Dalam kaitan dengan dunia pendidikan, kaum pragmatisme menghendaki pembagian yang tetap terhadap persoalan yang bersifat teoritis dan praktis. Pengembangan terhadap yang teoritis akan memberikan bekal yang bersifat etik dan normatif, sedangkan yang praktis dapat mempersiapkan tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Proporsionalisasi yang teoritis dan praktis itu penting agar pendidikan tidak melahirkan materialisme terselubung ketika terlalu menekankan yang praktis. Pendidikan juga tidak dapat mengabaikan kebutuhan praktis masyarakat, sebab kalau demikian yang terjadi berarti pendidikan tersebut dapat dikatakan disfungsi, tidak memiliki konsekuansi praktis.
B. ADWARD LEE THORNDIKE (1874-1949)
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyan tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doctor di Columbia tahun 1898. Buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), A Teacher’s Word Book (1920), You City (1939), dan Human Nature and the Social Order (1949)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbantuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dan respon (R).
Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukan dalam sangkar diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaam (trial) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dulu.hal ini adalah hal yang paling mendasar dalam belajar. Teori Thorndike disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thorndike mengemukakan bahwa asosiasi antara stimulus dan respons mengikuti hukum-hukum berikut:
- Hukum kesiapan
yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh perubahan tingkah laku maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
- Hukum latihan
Yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih(digunakan) maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
- Hukum Akibat
Yaitu hubungan stimulus respons cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
HUKUM TAMBAHAN THORNDIKE
- Hukum Reaksi Bervariasi
Pada individu diawali oleh proses trial dan error yang menunjukan adanya bermacam-macam respons sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
- Hukum Sikap
Perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial maupun psikomotor.
- Hukum Aktivitas Berat Sebelah
Individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif)
- Hukum Respon by Analogy
Individu dapat melakukan respons pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan labih mudah.
- Hukum perpindahan Asosiasi
Proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sekiki demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
Eksperimennya dilakukan pada tahun 1913,1932,1935, dan 1968. Selama eksperimen selalu ada perkembangan-perkembangan,setelah tahun 1930 timbulah revisi-revisi pada teorinya sebagai berikut:
- Hukum latihan ditinggalkan
Karena bila pengulangan saja tidak memperkuat hubungan stimulus dengan respons, demikian pula tanpa ulangan belum tentu melemahkan hubungan stimulus-respons.
- Hukum akibat diervisi
Karena bila hadiah dapat meningkatkan hubungan stimulus-respons, tetapi hukuman tidak mengakibatkan efeks apa-apa. dengan revisi ini berarti Thorndike tidak menghendaki hukuman dalam belajar.
- Belongingness
Syarat utama terjadinya hubungan stimulus-respons bukan kedekatan tapi adanya saling sesuai antara dua hal tersebut. Situasi belajar mempengaruhi hasil belajar.
- Spread of effect
Akibat dari suatu perbuatan dapat menular.
PENERAPAN TEORI THORNDIKE
- Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon. Oleh karena itu tujuan pedidikan harus dirumuskan dengan jelas.
- Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik. Dan terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacaam-macam situasi.
- Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai yang kompleks.
- Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap stimulus.
- Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera diperbaiki.
- Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.
- Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.
- Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A. KELEBIHAN
Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
B. KEKURANGAN
Kegiatan yang terlalu sering dilakukan, akan membuat anak didik menjadi merasa jenuh yang mungkin saja dapat mengakibatkan dia menjadi merasa enggan untuk mencobanya lagi. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah akan membuat sebuah ketergantungan pada anak didik dalam melakukan sebuah kegiatan.
C. WILLIAM JAMES
Setelah mendalami seni selama beberapa tahun, dia menyadari bahwa seni bukanlah bidangnya; dan pada tahun 1861 dia masuk ke Lawrence Scientific School di Cambridge, yang memberikan karir di bidang sains dan koneksi dengan Universitas Harvard yang terus berlangsung seumur hidupnya. William James (1842-1910), mungkin adalah filsuf dan psikolog Amerika yang paling berpengaruh, dilahirkan di
Pendidikan dasarnya tidaklah biasa dan berganti-ganti, dikarenakan seringnya berpindah dari satu
Saat berusia 35 tahun, dia telah menjadi dosen di universitas ini. Dia menjadi instruktur fisiologi dan anatomi selama 7 tahun, guru besar filsafat selama 9 tahun, dan menjadi guru besar psikologi sampai 10 tahun terakhir dia mengajar, saat dia kembali lagi mengajar filsafat. Dia adalah penulis yang produktif dan berbakat dibidang filsafat, psikologi dan pendidikan, dan pengarunya pada kehidupan pendidikan di Amerika sangatlah mengesankan. Karya terbesar dan paling berpengaruhnmya, The Principles Of Pshychology (Dasar-dasar Psikologi), yang diterbitkan tahun 1980, nantinya akan menjadi materi pendidikan modern yang sangat berpengaruh. Pemikirannya terhadap pendidikan dan pandangannya terhadap cara kerja pengajar dapat dilihat di karyanya yang terkenal Talks to Teacher. Selain sangat terkenal, buku-buku ini memberikan pengaruh yang besar terhadap pendidikan dan pengajarnya. Teori dan praktek pendidikan, adalah hutang terbesar Amerika kepada “ Bapak Pendidikan Psikologi Modern” ini.
William James adalah seorang yang individualis. Didalam bukunya Talks to Teacher tidak terdapat pernyataan mengenai pendidikan sebagai fungsi sisal. Baginya pendidikan lebih cenderung kepada “ organisasi yang ketertarikan mendalam terhadap tingkah laku dan ketertarikan akan kebiasaan dalam tingkah laku dan aksi yang menempatkan individual pada linkungannya”. Teori perkembangan diartikannya sebagai susunan dasar dari pengalaman mental untuk bertahan hidup. Pemikirannya ini dipengaruhi oleh insting dan pengalamannya mempelajari psikologi hewan dan doktrin teori evolusi biologi.
Ketertarikan James akan insting dan pemberian tempat untuk itu dalam pendidikan, menjadikan para pembaca bukunya peraya akan salah satu tujuan terpenting didalam pendidkan adalah memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mengikuti instingnya. Yang nantinya akan menjadi peribahasa teori pendidikan. “ Bekerjasamalah dengan insting, jangan melawannya”. Pembaca yang lebih teliti dapat menemukan tulisan yang lebih menguatkan akan hal ini, tapi ketidak raguannya ditunjukkannya melalui pernyataan-pernyataannya bahwa persatuan para psikolog telah salah mengenali kekuatan insting didalam kehidupan manusia.
Teori James akan insting sangatlah bersifat individualis dan sangatlah kolot pada pelaksanaannya. Mengesampingkan pernyataannya mengenai perubahan insting, yang berlawanan dengan diskusinya pada “Iron Law of Habit/Hukum Utama Kebiasaan” dan keprcayaannya akan tujuan dasar pendidikan sebagai pengembangan awal kebiasaan individual dan kelompok, dalam pembentukan masyarakat yang lebih sempurna.
Singkatnya, James menegaskan, dasar dari semua pendidikan adalah mengumpulkan semua insting asli yang dikenal oleh anak-anak, dan tujuan pendidikan adalah organisasi pengenalan kebiasaan seagai bagian dari diri untuk menjadikan pribadi yang lebih baik.
Sumbangan James yan paling berpenaruh terhadap metode pendidikan adalah hubungannya dengan susunan kebiasaan. James mengatakan:
“Hal yang paling utama, disemua tingkat pendidikan, adalah untuk membuat ketakutan kita menjadi sekutu bukan menjadi lawan. Untuk menemukan dan mengenali kebutuhan kita dan memenuhi kebutuhan dalam hidup. Untuk itu kita harus terbiasa, secepat mungkin, semampu kita, dan menjaga diri dari jalan yang memberi kerugian kepada kita, seperti kita menjaga diri dari penyakit. Semakin banyak dari hal itu didalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita lakukan dengan terbiasa, semakin banyak kemampuan pemikiran kita yang dapat digunakan untuk hal yang penting lainnya.”
Dalam pembahasan mengenai metode susunan kebiasaan, James memberikan 4 aturan dasar:
1. Lengkapi dirimu dengan kekuatan dan ambillah keputusan seepat mungkin.
2. Tidakada pengecualian dalam kesempatan sampai kebiasaan baru telah tertanam dihidupmu.
3. Ambilah kesempatan yang paling pertama saat menambil tindakan.
4. Jagalah kebiasaan itu agar tetap ada dengan memberikan dorongan kecil setiap hari.