Minggu, 20 Juli 2008

TUGAS 3: FILSAFAT UMUM

LIMA FILOSOF YUNANI

Ciri umum filsafat Yunani ialah rasionalisme. Rasionalisme Yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Untuk melihat rasionalisme sofis dipahami lebih dulu latar belakangnya. Latar baelakang itu terletak pada pemikiran filsafat yang ada sebelumnya.

  1. THALES

Thales (624-546 SM), orang Miletus itu, digelari Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang, juga orang zaman sekarang: What is the nature of the world stuff? (Apa sebenarnya bahan alam semesta ini? Pertanyaan ini saja telah dapat mengangkat namanya menjadi filosof pertama. Ia sendiri menjawab air. Jawaban ini sebenarnya amat sederhana, dan belum tuntas. Belum tuntas karena apa air itu? Thales mengambil air sebagai asal alam semesta barangkali karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air. Thales menjadi filosof karena ia bertanya. Pertanyaan itu dijawabnya dengan menggunakan akal, bukan menggunakan agama atau kepercayaan lainnya. Alasannya ialah karena air penting bagi kehidupan.

  1. ANAXIMANDER

Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Anaximenes mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan.

  1. HERACLITUS

Paham relativisme semakin mempunyai dasar setelah Heraclitus (544-484 SM) menyatakan, “You can’t step twice into the same river; for the fresh waters are even flowing upon you” (Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir). Menurut Heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Kosmos tidak pernah berhenti (diam); ia selalu bergerak, da bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Itulah sebabnya ia sampai pada kongklusi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan (stuff)-nya seperti yang dipertanyakan oleh filosof pertama itu, melainkan prosesnya. Pertanyaan “semua mengalir” berarti semua berubah bukanlah pertanyaan yang sederhana. Implikasi pertanyaan yang mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Misalnya pengertian adil pada hari ini belim tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2= 4 besok dapat saja bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar filsafat sofisme.

  1. PLATO

Plato adalah seorang murid dan teman Socrates, memperkuat pendapat gurunya. Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog induktif seperti pada Socrates; pengertian umum itu sudah tersedia di “sana” di alam idea. Definisi menurut Socrates dapat diartikan tidak memiliki realitas. Sedangkan Plato esensi itu mempunyai realitas. Realitasnya terletak di dalam idea tersebut. Untuk membuktikan itu Plato mengarang mitos penunggu gua yang sangat terkenal itu, yang dimuatnya di dalam dialog Politea. Kesimpulan dari dialog tersebut bahwa kebenaran umum itu memang ada bukan dibuat, melainkan sudah ada di dalam idea. Plato memperkuat Socrates dalammengahdapi kaum sofis.

  1. ARISTOTELES

Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.

DAFTAR PUSTAKA:

sarapanpagi.org

Prof. Dr. Ahmad Tafsir.Filsafat Umum (edisi revisi)

www.google.com/juli 2008

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda